Minggu, 01 April 2012

aba - aba dalam pemanjatan

 Aba-aba atau komunikasi antara belayer dan leader sangatlah penting, karna ini untuk keselamatan leader dan kenyamanan dalam melakukan pemanjatan. sebenarnya dalam aba-aba ini dapat disepakati antara belayer dan leader, namun secara umumnya aba-aba yang digunakan dalam pemanjatan adalah :
  • belay on : aba-aba yang dilakukan oleh leader kepada belayer, yang menginformasikan bahwasanya dia telah siap.
  • on belay : jawaban dari informasi di atas yang mengatakan bahwa belayer telah siap.
  • off belay : jawaban atau informasi dari belayer kepada leader bahwa belayer belum siap atau belayer telah berhenti untuk membelay.
  • full : aba-aba leader kepada belayer yang menginformasikan bahwa carmatel terlalu kendur dan perlu untuk dikencangkan.
  • loss/slack : aba-aba leader kepada belayer yang menginformasikan bahwa carmantel terlalu ketat dan perlu untuk dikendurkan.
  • fall : aba-aba leader kepada belayer yang mengatakan bahwa dia akan jatuh.
  • rock : aba-aba leader kepada belayer bahwa ada batu atau objek yang akan jatuh.

etika dalam panjat tebing

sama dengan halnya olahraga lainnya, panjat tebing juga mempunyai etika. dan berikut etika dalam panjat tebing,:
  • etika dalam pembuataan rute
 dalam pembuatan jalur seorang pemanjat tidaklah boleh untuk mengubah struktur bentuk tebing, seperti merubah struktur permukaan tebing bagaimanapun caranya, menambah/ melem permukaan tebing dengan batu lain. dalam penamaan rute tidak ada aturan khusus, seperti siapa yang membuat jalur atau siapa yang pertama kali menuntaskan jalur itu.Masalah keaslian jalur biasanya dikaitkan dengan banyaknya jumlah pengaman tetap yang ada dalam jalur tersebut. jika suatu jalur itu terdapat 5 pengamanan maka seterusnya akan terus 5 pengamanan, sampai kapanpun itu.Yang menjadi masalah, apakah suatu jalur dengan jarak antar pengaman yang sangat jauh tak dapat ditambah dalam batas-batas yang wajar? Juga sebaliknya, apakah jalur yang jarak antar pengaman terlalu rapat tak dapat dikurangi? Tradisi di Yosemite, bila seseorang berhasil memanjat suatu jalur yang cukup mudah, katakanlah setinggi 15 meter, dengan hanya 2 bolt saja, hal ini berlaku bagi semua pemanjat yang akan menggunakan jalur tersebut tanpa penambahan pengaman lagi. Tradisi ini memang mendapat protes dari banyak pemanjat pemula yang merasa sanggup menuntaskan jalur tersebut, namun tak mau mengambil resiko dengan hanya menggunakan 2 pengaman saja. Contoh lain adalah jika seseorang pemanjat merasa suatu jalur dengan jumlah pengaman yang wajar terlalu mudah, berhakkah ia mengurangi jumlah bolt yang ada? Sampai sejauh mana kita bisa menghargai prinsip pemanjatan pertama? (sampai yang paling ekstrim)

  • etika pemanjat
1. terhadap lingkungan

carilah informasi tentang tempat tebing dimana kita hendak memanjat/membuat suatu jalur baru, apabila akses menuju tempat itu ditutup untuk melakukan pemanjatan, carilah tempat lain. jika tempat tersebut dapat digunakan maka carilah jalan yang sudah ada untuk dilalui, jangan membuat jalan pintas yang baru. berkemahlah ditempat yang telah disediakan atau yang biasa digunakan.

2.  terhadap masyarakat sekitar

mengikuti aturan yang berlaku dalam daerah tersebut seperti kata pepatah "dimana langit dipijak disitu langit dijunjung". tidak membuat kebisingan dan menyempatkan untuk bersilahturahmi ke rumah kepala desa/keuchik gampoeng sekitar.

3. terhadap sesama pemanjat

etika pemanjat sesama pemanjat haruslah selalu saling menghargai dan meningkatkan solidaritas. dahulukan climber leading daripada climber top rope dan bersikap jujur dengan kesulitan jalur karena apabila sandbag itu akan dapat membahayakan pemanjat yang yang tidak sesuai dengan kemampuannya.

Jumat, 30 Maret 2012

sejarah panjat tebing

 SEJARAH PANJAT TEBING DUNIA

  Kegiatan panjat tebing mulai dikenal pertama kali di kawasan Eropa, tepatnya di pegunungan Alpen, sebelum PD I di Austria., Teknik pemanjatan tebing dengan menggunakan tali baru dikenal pada tahun 1920. Tahun 1930 adalah tahun keemasan pemanjatan di kawasan Alpen. Mulai daritebing kecil, menengah hingga puncak -puncak tertinggi. Klimaksnya pada saat PD II meletus. PD menyebabkan frekuensi pemanjatan menurun, akan tetapi setelah PD berakhir membawa pengaruh pesat pada penciptaan dan pengadaan peralatan panjat tebing yang semakin mudah didapatkan.
- 1970 Panjat Tebing , ketika para pemanjat Amerika mengembangkan teknik-teknik baru di kawasan Yosemite.
Teknik-teknik ini sampai saat ini masih digunakan dalam pemanjatan tebing-tebing besar. Rata – rata yang mendomisili pengembangan dunia olahraga ini adalah pemanjat Amerika dan Inggris yang kemudian menggunakan sistem dan teknik yang sama, yang sebelumnya terkotak kotak menurut negaranya masing masing. Selain itu juga turut berperan dalam pengembangan kegiatan ini adalah negara Perancis yang menawarkan teknik pemanjatan yang mengarah pada olahraga murni.
pada tahun 1980 perkembangan panjat tebing semakin meluas mulai dari Eropa, Amerika hingga Asia. Sehingga membuatnya terlepas dari induknya (mendaki gunung) dan membentuk wujudnya sendiri yaitu olah raga panjat tebing. 

SEJARAH PANJAT TEBING INDONESIA 

Di Indonesia panjat tebing dikenal sejak tahun 60`an dimana berdiri beberapa perkumpulan/kelompok Pecinta Alam Universitas Indonesia dan Wanadri yang mempunyai akar kegiatan mendaki gunung.
Dan pada tahun 1975 kegiatan panjat tebing secara utuh dan tersendiri . Waktu itu beberapa orang yang sekarang dikenal sebagai tonggak kebangkitan Panjat Tebing Indonesia antara lain Harry Suliztiarto, Agus Resmonohadi, Heri Hermanu dan Deddy Hikmat mulai latihan di tebing Citatah, Jawa Barat.
 pada tahun 1988 Indonesia semakin tertarik dengan panjat tebing itu terbukti disaat kantor Kementrian Negara Pemuda dan Olahraga bekerjasama dengan Pusat Kebudayaan Perancis (CCF) mengundang 3pemanjat profesional Perancis yaitu; Patrick Bernhault, Jean Baptise Tribout dan Corrine Lebrune serta seorang instruktur Teknis Panjat Tebing Jean Harau yang kemudian memunculkan inspirasi untuk mendirikan FEDERASI PANJAT TEBING GUNUNGINDONESIA (FPTGI). melalui ikrar yang dikeluarkan oleh sekitar40`an orang dari perkumpulan PA yang ada di Jakarta, Bandung, Padang, Medan, Semarang, Yogyakarta, Surabaya dan Ujung Pandang di Tugu Monas tanggal 21 April 1988.
 FPTGI kemudian berubah nama hanya menjadi Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) pada tahun 1992. FPTI diakui menjadi anggota Union Internationale des Assosiations d`Alpinisme (UIAA) yang mewadahi organisasi panjat tebing dan gunung internasional. UIIA merupakan organisasi olahraga dunia yangbertaggung jawab pada semua kegiatan olahraga dunia termasuk Olimpiade.